Senin, 16 Juni 2014

Ketika Memakai Logika Sepakbola Pada Logika Cinta

Aku jatuh cinta pada sepakbola seperti aku jatuh cinta kepada perempuan. Semua terjadi tiba-tiba, tak dapat diterangkan dalam kata.
Otak yang kritis berhenti seketika. Aku tak berpikir sama sekali tentang kesakitan dan kekacauan yang mungkin terjadi karenanya.


Sebuah ungkapan dari Nick Hornby, Warga Inggris penggila bola dan penulis buku terkenal tentang sepakbola. Ya, ketika logika sepakbola dan cinta berjalan beriringan. Keduanya secara logika merepresentasikan sisi yang berbeda. Sepakbola dengan sisi maskulin dan cinta, yang apabila di lihat secara lebih dekat, kental dengan unsur feminis.


Sekarang kita ubah logikanya. Bagaimana logika cinta di benturkan dengan sisi dari sepakbola.

Aku mencintaimu dengan sepenuh hati layaknya seorang pemain yang mencium badge ketika melakukan selebrasi setelah mencetak gol
Aku belajar mencintaimu dengan jatuh bangun, bahkan menuai banyak kesalahan, seperti melatih upaya eksekusi tendangan bebas pada sesi latihan hingga percobaan ke 100 
Aku selalu berjuang untuk mempertahankan cinta kita layaknya sorang pemain yang tetap terus optimis untuk melakukan come back, walaupun keadaan sudah tertinggal dengan skor 3-0
Dan aku mulai berpikir realistis dalam mencintaimu, seperti tim dari kecil dengan budget yang terbatas yang bermain hanya berpikir untuk kebahagiaan tanpa pedulikan lagi sebuah titel. 



@aditmaulhas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar