Siapa yang sangka, saya yang
notabene pendukung Liverpool FC ini bisa singgah, berjalan, hingga melihat aura
dari kandang setan merah sang rival. Kesempatan itu saya dapatkan secara tak
sengaja ketika David Beckham, eks pemain Manchester United yang kini berkecimpung
sebagai duta organisasi anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa UNICEF,
memanggungkan pertandingan amal bertajuk “UNICEF Charity for Children”, Sabtu pekan
lalu (14/11) dengan mengundang sejumlah pesepak bola ternama.
Niat awal hati bukanlah datang
untuk menonton pertandingan. Tak lebih tidak bukan, hal ini adalah alasan
idealis saya sebagai penikmat olahraga terpopuler sejagad raya ini. Menonton pertandingan
amal adalah membuang-buang waktu, untuk menyaksikan kedua
kesebelasan memperagakan drama nir semangat kompetisi. Alasan saya menyambangi
Old Trafford cukuplah sederhana, bisa menjejakkan kaki di stadion yang konon
cukup angker bagi Liverpool FC. Bisa bertemu dan berfoto bareng dengan legenda
sepak bola yang hadir adalah bonus.
Sabtu lalu, matahari tampak
malu-malu menampakkan dirinya. Perjalanan saya dari Liverpool Lime Street
menggunakan kereta hingga sampai di stasiun Manchester Picadilly setia di guyur
hujan rintik-rintik. Perjalanan dari Liverpool menuju Manchester kurang lebih
memakan waktu satu jam. Kereta sempat mengalami penundaan selama 30 menit. Dua
teman perjalanan saya, yang notabene pendukung Manchester United, mulai gusar
jikalau terlambat sampai di tujuan.
Kami sampai di Old Trafford kita
pertandingan tersisa 15 menit lagi. Sambil menyeruput kopi menggebah dinginya
sabtu itu, saya mencoba melihat kondisi sekitar stadion yang berkapasitas
75.000 penonton itu. Tampak tribun Sir Alex Ferguson stand, sebuah tribun yang
sengaja diberi nama pelatih asal Skotlandia yang sukses membuat sebuah tirani
kekuasaan, 27 tahun bersama klub setan merah. Tak hanya itu, Streford End,
sebuah tribun yang menasbihkan Denis Law dan Eric Cantona sebagai “The King of
Stretford End”, karena rekor golnya, tampak berdiri kokoh di salah satu
sudutnya.
The King of Stretford End |
Selepas meihat sekeliling Old
Trafford, kedua rekan saya yang merupakan United Army, sebutan untuk pendukung
anak asuh Van Gaal ini, mengajak saya untuk menunggu di lorong tempat keluar
para pemain. Perlu diketahui, Old Trafford mempuyai jalur khusus, tempat dimana
suporter bisa menjumpai para pemain keluar dari stadion selepas pertandingan. Dan
apabila beruntung, kita dapat sekadar meminta tanda tangan atau selfie bersama
idola.
Satu persatu pemain keluar dari
Old Trafford selepas pertandingan. Namun, tak semuanya menghampiri. Ada yang
langsung berjalan dan melambaikan tangan macam Owen, Hierro, Ronaldinho, Cafu
atau Kluivert. Ada pula, yang begitu baik untuk menghampiri puluhan fans yang
menunggu ditengah rintiknya hujan seperti Edwin Van der Sar, Van der Gouw,
ataupun legenda kebanggaan Kopites, Jamie Carragher. Sedikit sorakan dengan
nada mengejek sempat keluar ketika eks kapten timnas Inggris, John Terry,
melangkah keluar.
Luis Figo, |
Jamie Carragher, legenda Kopites |
Edwin Van der Sar, |
Kebahagiaan melihat dan berfoto
bersama kumpulan para eks pemain yang tergabung di Tim Beckham dan Tim Figo,
hanya berlangsung kurang lebih 20 menit. Tiba-tiba, secara cepat tak disangka,
sejumlah polisi datang dan menyuruh para fans yang berkumpul untuk mensterilkan
area. Sontak, pikiran saya mengira bahwa Old Trafford sedang dalam kondisi
darurat, mengingat sehari sebelumnya dunia sedang terhenyak dengan aksi
terorisme di Paris, Prancis.
Benar saja, sosok penting itu
keluar dari dalam Old Trafford. Seorang yang saat ini berprofesi sebagai dosen
Harvard University, pemegang tirani kekuasaan selama 27 tahun di Manchester
United. Dialah pria asli Skotlandia, Sir Alex Ferguson. Opa yang satu ini
sebenarnya sudah masuk dalam mobil. Namun, mungkin saja atas dasar tergerak
melihat teriakan kami dari luar, dibawah hujan rintik sore itu memanggil
namanya, membuat beliau memberhentikan laju mobilnya. Kemudian yang terjadi
adalah momen bisa lebih dekat dengan Sir Alex, mengabadikanya lewat sebuah
sefie bersama pelatih yang gemar mengunyah permen karet saat pertandingan ini.
Sebuah guyonan sontak terbesit di
kepala saya setelah momen tersebut. “Piye kabare, penak jamanku to?” ujar Opa
Fergie, kepada saya yang notabene suporter Liverpool ini.
@aditmulhas