Rabu, 31 Oktober 2012

(semacam) Renungan (gegalauan) Sumpah Pemuda






Apakah pemuda di belahan dunia yang berbeda, berkumpul dan melakukan ikrar layaknya pemuda Indonesia?




Pemuda Indonesia mengingat ikrar para pendahulu dan berusaha menyempurnakan. Gelora.





Bersyukur tumbuh pada fase pemuda yang ideal. Fase dimana pola pikir untuk perubahan dan berkegiatan sosial menjadi rutinitas.












@aditmaulhas.

Pemuda Multitasking, Mengapa Tidak?






“Seribu orangtua hanya dapat bermimpi,  satu orang pemuda dapat mengubah dunia”                                                            Soekarno                                                              


Apa yang ada dibenak kalian ketika mendengar kata pemuda? Sebagian besar mengasumsikanya dengan belia, enerjik dan bersemangat. Ya, pemuda adalah masa dimana ide bergitu banyanya muncul. Dalam fase kehidupan, fase pemuda bisa dikatakan sebagai masa dengan energi berlebih. Berasumsi pada ujaran tersebut maka sudah sewajarnya masa pemuda adalah masa yang paling tepat mewujudkan ide-ide yang terbentuk dengan etos produktif.

Quote dari Soekarno pada pembuka sangatlah mengena. Bahwa pemuda, sebagai salah satu fase yang sangat luar biasa, dengan semangat dan  ide yang luar biasa mampu memberikan perubahan yang sangat besar terhadap lingkungan sekitarnya. Namun yang terjadi pada dewasa ini sangatlah bertolak belakang. Pemuda jaman sekarang terkesan membuang tenaga dan kesempatanya yang berlebih untuk hal-hal yang nirmakna. Aksi vandalisme dan tawuran antar pemuda yang akhir-akhir ini marak terjadi menjadi buktinya. Bukankah ini sebuah bentuk kesia-siaan akan bekal waktu dan tenaga yang berlebih bagi pemuda?

Berbicara tentang multitasking, apakah definisi dari multitasking itu sendiri? Secara harfiah multitasking berarti megerjakan banyak pekerjaan dalam satu waktu. Bahasa ini sering digunakan dalam bahasa program komputer dimana sebuah CPU mampu bekerja dalam satu waktu melalui berbagai aplikasi. Satu hal yang menarik dari multitasking adalah masalah dapat dipecahkan dengan mejadwalkan pekerjaan mana yang dapat dikerjakan dalam satu waktu, dan kapan pekerjaan yang lain menunggu untuk diolah dapat dikerjakan. Sangat berguna ketika dihadapkan dalam konteks pemuda, yang memiliki energi serta semangat berlebih dalam mengerjakan berbagai hal.

Adalah sebuah kebutuhan untuk bisa menjadi sosok multitasking khususnya pada era globalisasi saat ini bagi pemuda. Mengapa? Lingkungan sangat berperan besar. Seperti yang kita tahu, sosok yang dikatakan sebagai pemuda yang  berusia mulai dari 16 tahun hingga 30 tahun (Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2009 tentang Pemuda) adalah fase dimana seseorang ada dalam puncak produktivitasnya. Sebagai contoh, pemuda berusia sekitar 18 tahun-22 tahun pada umunya selain berprofesi sebagai seorang mahasiswa juga memiliki tanggung jawab yang lain, yakni membantu pekerjaan rumah dan berbaur dengan lingkungan sekitar. Banyaknya peran membuat pemuda harus pintar memilah dan memilih mana yang harus didahulukan.

Banyak contoh yang seakan membenarkan adagium bahwa seorang  pemuda haruslah memiliki sikap multitasking. Selain banyaknya peran yang meliputi lingkungan rumah, kampus dan masyarakat yang terus “memaksa” untuk bisa membagi peran dengan taktis, banyaknya mimpi dan target hidup yang harus dicapai adalah alasan utamanya. Sudah menjadi kewajaran apabila dalam fase hidup sebagai seorang pemuda memiliki banyak target dan mimpi yang harus kita kejar. Disinilah peran multitasking sangat dibutuhkan. Mengambil contoh, sebagai seorang pemuda yang umunya berperan sebagai mahasiswa juga memiliki minat untuk berorganisasi sebgai wadah menimba ilmu. Disamping itu untuk mengembangkan minat bakat, Unit Kegiatan Mahasiswa dijadikan rujukan. Dengan mengambil sikap multitasking, ketiga peran sebgai mahasiswa, organisatoris dan aktivis UKM dapat terlaksana dengan baik.

Tentu butuh perencanaan serta taktik yang tepat agar multitasking yang kita lakukan sebagai seorang pemuda dapat berjalan dengan baik. Menentukan prioritas adalah hal pertama yang perlu diperhatikan. Prioritas disini juga menyangkut kualitas peran yang kita lakukan yang tergambar melalui seberapa besar tanggung jawab yang diemban dan yang di amanahkan. Kedua, pembagian waktu yang cermat. Segala pekerjaan yang kita kerjakan, seiring dengan banyaknya target yang kita kejar, dapat terlaksana dengan baik secara keseleruhan apabila waktu yang kita alokasikan dapat terbagi dengan proporsional.

Selain kedua hal diatas yang perlu kita perhatikan sebagai sorang pemuda dalam melakukan sikap multitasking, ada satu hal lagi yang sangat essensial. Keluar dari zona nyaman adalah keharusan. Ya, sebagai seorang pemuda yang enerjik dan memiliki semangat yang berlebih adalah sia-sia jika kita hanya malas-malasan dan menerima pasrah akan keadaan yang terjadi. Dengan keluar dari zona nyaman, kita sebagai seorang pemuda dapat menngembangkan diri tanpa harus takut akan batas-batas yang menghalanginya.

Dengan momentum Sumpah Pemuda, mari kita wujudkan pemuda yang produktif melalui sikap multitasking. Memang pada kenyataanya menjadi pemuda multitasking adalah sebuah pilihan. Namun melihat bekal yang kita miliki yakni semangat yang masih besar serta ide-ide cemerlang yang terus muncul adalah sangat sia-sia jika kita tidak memanfaatkanya dalam berbagai kegiatan. Seperti halnya ujaran “manfaatkanlah masa muda mu sebelum datang masa tua mu” yang dalam hali ini adalah tetap terus berusaha mencapai semua target yang kita impikan. Menjadi seorang pemuda multitasking, mengapa tidak?


@aditmaulhas.

nb: Tulisan ini dimuat pada "Bulettin BEM Fisipol UMY" bulan Desember 2012.

Selasa, 09 Oktober 2012

Sebuah Tulisan - Sebuah Harapan



"Orang Hebat muncul ketika ia membingkaikan pemikiranya melalui sebuah tulisan"



Ya, sederhana. Menulis.
Merangkaikan buah pemikiran menjadi paduan kata yang indah namun mengena.





Soekarno, presiden pertama Indonesia sangat gemar menulis. Tulisan yang beliau buat dibingkai dalam sebuah pidato. "Indonesia Menggugat" adalah salah satu buah karya tulisan beliau yang cukup tersohor.


RA Kartini, pahlawan perempuan Indonesia yang memperjuangkan emansipasi wanita membingkaikan pemikiranya dalam sebuah buku. Yang sama-sama kita ingat setiap tanggal 21 April, "Habis Gelap Terbitlah Terang".


Ide tersebut terbingkai rapi dalam sebuah tulisan. 
terdengar retoris, namun tak beranjak lama muncul sebuah harapan.





Ya, sederhana. Menulis.
berawal dari sebuah tulisan menjadi sebuah harapan.




@aditmaulhas.