Minggu, 28 Desember 2014

Membingkai Kenangan dan Melampaui Masa Depan Bersama Doraemon



Tiga plot dihadirkan dalam nostalgia masa kecil ketika hari Minggu tiap pukul 8 pagi. Pada plot pertama kita akan mengenal bagaimana awal pertama pertemuan Nobita dan doraemon beserta alat-alat yang keluar dari kantong ajaib. Kenangan masa kanak-kanak itupun muncul.

Plot kedua merupakan yang paling banyak di sorot dalam film yang digagas untuk memperingati 80th penulis serial kucing ajaib ini, Fujiko F Fujio. Bagaimana dinamika love struck dari Nobita dan Shizuka. Pembaca setia komik atau penonton serial setia dari Doraemon pasti sudah tahu bagaimana intrik yang terjadi tentang kisah cinta Nobita yang begitu menghiasi masa kecilnya. Berharap ingin bersanding di pelaminan dengan seorang yang cantik pintar memainkan biola bernama Shizuka. Dalam scene diceritakan bagaimana Nobita ingin tahu kejadian apa yang terjadi dengan kisah cintanya dengan Shizuka ketika beranjak dewasa. Dengan mesin waktu, Nobita bersama Doraemon melihat apa yang terjadi ketika Nobita beranjak dewasa. Sayang, scene yang ditunggu para pecinta serial ini, ketika pernikahan Nobita dan Shizuka tak ditampilkan. At least, dengan mesin waktunya, Nobita telah melampaui masa depan untuk mengetahui siapa jodohnya kelak.

Nobita telah menemukan kebahagiaan dan tugas Doraemon telah selesai menjadi penutup yang tersaji di plot ketiga. Momen-momen ketika Doraemon telah sukses memberikan kebahagiaan bagi Nobita dan harus pulang ke abad 21. Momen yang membuat para hipster Doraemon menitikkan air mata ketika Doraemon menangis harus pulang dan perjuangan tak kenal lelah Nobita untuk mengalahkan Giant.

Patut disayangkan ketika film ini belum menjawab banyak pertanyaan yang sering ditunggu oleh pecinta Doraemon. Bagaimana kehidupan Nobita dan kawan-kawan ketika beranjak dewasa? Apakah Doraemon benar-benar sudah mencapai episode terakhirnya? Pertanyaan tersebut masih menjadi sebuah misteri yang belum terjawab. Dan amat disayangkan pula ketika film ini ternyata bocor sehingga bentuk illegalnya dalam .wmv bisa beredar bebas dan gratis dari satu flashdisk ke flashdisk lainya.

Perjuangan menonton Doraemon sampai ke Magelang!


Pengalaman menonton “Stand by Me, Doraemon” di bioskop, walaupun lebih mahal dan harus keluar kota (bagi yang berdomisili di Yogya) sungguh priceless. Kita bisa melihat sebuah fenomena manusia yang terus berkembang. Para penikmat serial Doraemon yang sudah berkeluarga misalnya mengajak anak-anaknya untuk ikut menonton serial kucing ajaib dari Jepang, mengajak mengambil intisari kehidupan yang tersaji di dalam kisahnya untuk kemudian merefleksikanya dalam kehidupan sehari-hari.

Ya, menonton kisah Doraemon dalam “Stand by Me, Doraemon adalah sebuah upaya untuk membingkai masa lalu dan melampaui masa depan.


@aditmaulhas

Rabu, 12 November 2014

Berdiasporalah, Pemain Indonesia!

Di era globalisasi seperti saat ini, fenomena perpindahan manusia semkin marak kita temui. Dibukanya pasar bebas membuka peluang setiap individu untuk bisa bekerja di belahan bumi manapun. Setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk bisa mengembangkan kariernya.

Pun yang terjadi di Indonesia. setiap personal yang ada di Indonesia saat ini memiliki kesempatan untuk bekerja dan meniti karir seluas-luasnya. Tak hanya berada di Indonesia saja namun juga terbuka kesempatan untuk bisa ke luar negeri. Fenomena penduduk Indonesia yang bekerja diluar negeri ini dinamakan sebagai diaspora.

Diaspora menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki definisi yakni tersebarnya penduduk dari satu negara ke berbagai penjuru dunia. istilah ini yang coba diusung penulis sebagai istilah yang juga dapat berlaku di sepakbola. Bila ditarik kesamaan antara diaspora dan sepakbola, arti yang muncul adalah keadaan dimana suatu negara mampu untuk memproduksi pemain sepakbola yang berkualitas dan mampu menyebar untuk bermain di liga dari berbagai penjuru dunia.

Fenomena pemain Indonesia ke luar negeri untuk bermain sepakbola dimulai pada tahun 1974. Adalah Iswadi Idris yang mengawali kariernya di luar negeri bersama klub Liga Australia Western Suburbs. Selama satu musim pada 1974-75, legenda sepakbola Indonesia ini tampil sebagai pilar klub. Berlanjut pada tahun 1988, klub Matsushita yang bermain di Liga Jepang merekrut salah satu penyerang haus gol Indonesia Ricky Yackobi. Tak mau kalah dengan rekanya setahun kemudian Robby Darwis menjadi pujaan publik Malaysia melaui aksinya di klub Kelantan FA pada 1989-90.

Pemain Indonesia mulai diperhitungkan di liga Eropa pada waktu itu ketika Kurnia Sandy dan Kurniawan Dwi Yulianto sukses masuk tim utama salahsatu klub Serie-A Italia Sampdoria. Pada waktu itu musim 1996-97, Kurnia Sandy masuk sebagai kiper ketiga tim yang bermarkas di Genoa, Italia itu. Namun sayang pada waktu itu Allenatore dari Sampdoria jarang memberikan menit bermain kepada Kurnia Sandy karena lebih mempercayakan pada kiper lokal. Pun hal yang sama terjadi pada Kurniawan. Padahal sebelum berlabuh di Sampdoria, Kurniawan telah memiliki pengalaman bermain di Liga Eropa bersama klub Swiss FC Luzern pada 1994-95.

Kurniawan DY ketika bermain di tim Primavera Sampdoria

foto via http://syifaurrahman.files.wordpress.com/


Fenomena diaspora pemain Indonesia untuk bermain di liga Eropa semakin deras pada medio 2000an. Liga Hongkong menjadi tempat mengadu nasib mengocek bola bagi Rochi Putiray. Selama 3 musim Rochi menjadi bomber yang menakutkan di depan gawang lawan di Liga Hongkong. Instant-Dict FC, Happy Valley, South China AA dan Kitchee SC menjadi klub tempat persinggahan Rochi Putiray. Bahkan sejarah mencatat pada sebuah laga ujicoba bersama Kitchee SC, Rochi Putiray sukses dua kali menjebol gawang AC Milan yang dikawal oleh  Christian Abbiati pada waktu itu.

Aksi Rochi Puttiray ketika membobol gawang AC Milan pada sebuah laga ujicoba Kitchee FC, Hongkong

foto via www.pbase.com/accl


Negara tetangga kita juga tak akan pernah lupa bagaimana dua pemain Indonesia yang bermain bagi klub lokal Selangor FC sukses memberikan kejayaan berupa juara liga. Bambang Pamungkas dan Elie Aiboy membawa Selangor FC berjaya pada musim 2005-07. Bahkan Bepe dua kali sukses menyabet gelar pemain terbaik dan topskor di Liga Malaysia.

Bepe mengharumkan nama Indonesia di negeri jiran Malaysia lewat torehan golnya

foto via www.sundul.com


Melihat fenomena diatas maka sangat layak jika himbauan untuk pemain Indonesia bisa berdiaspora, bermain di liga di penjuru dunia, untuk terus diapungkan. Memang, kenyataan yang selama ini terjadi pemain Indonesia masih ada dibawah dari pemain dari negara Eropa bahkan Jepang dan Korea Selatan dalam hal kualitas. Kebanyakan pemain Indonesia merasa minder ketika bersaing di liga selain liga Indonesia. namun, justru metode diaspora inilah yang sangat dibutuhkan oleh pemain Indonesia saat ini. 

Kita bisa melihat bagaimana amburadulnya Liga Indonesia. dari hal yang pertama dan esensial adalah soal jadwal liga yang kerapkali berubah. Menjadi hal yang sangat riskan bagi pesepakbola dan sebuah tim apabila jadwal liga bisa berubah tak menentu. Program yang telah dilaksakan oleh tim akan kena imbasnya dan pemain tidak bisa berkembang menuju performa terbaiknya. Jadwal Liga Indonesia kerap kali berubah karena izin dari panpel yang kerap tak keluar akibat tidak terjamin keamanan pertandingan. Kedua, manajemen gaji klub-klub Liga Indonesia masih sangat parah. Banyak klub-klub di Liga Indonesia yang terlambat membayarkan gaji kepada pemainya. Hal ini tentu berimbas pada kesejahteraan dan kenyamanan pemain. Hal ini jelas tidak menunjang pada perkembangan pemain dalam mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

Faktor ketiga yang menyebabkan Liga Indonesia belum sepenuhnya profesional adalah masih banyaknya permainan keras yang kadang tidak di peringatkan oleh wasit. Tekel-tekel keras yang dipertunjukan oleh pemain kerap tidak di peringatkan oleh wasit. Hal ini berdampak besar ketika pemain Indonesia bertanding di kancah ASEAN seperti di AFF Cup atau Sea Games atau bahkan di kancah Asia seperti Piala Asia, Liga Champion Asia, dan AFC Cup. Pemain Indonesia kerap melakukan tekel keras akibat terbawa oleh permainan yang seringkali terjadi di Liga Indonesia. Namun bedanya, pada level ini pemain Indonesia mendapat getahnya melalui kartu kuning yang tidak perlu atau bahkan kartu merah yang justru memberikan kerugian bagi tim yang dibelanya. 

Kerasnya J-League saat ini di rasakan Irfan Bachdim bersama Venforet Kofu

foto via lintas.me


Atas dasar hal diatas, sudah saatnya pemain Indonesia untuk berdiaspora bermain di liga-liga sepakbola di luar negeri. Transfer ilmu akan didapatkan oleh pemain Indonesia mulai dari sistem liga yang terstuktur dengan rapi, fasilitas latihan yang bagus sehingga mampu meningkatkan skill individu serta penguatan mental untuk bersaing dengan para pemain sepakbola dari penjuru dunia. Tetap terus maju bagi pemain Indonesia yang memutuskan untuk berdiaspora di liga luar negeri bagi Andik Vermansyah, Hamka Hamzah, Patrich Wanggai, Yandi Sofyan dan Irfan Bachdim untuk musim ini. Tunjukkan bahwa pemain Indonesia tak kalah kualitas. Sekali lagi penulis sarankan, berdiasporalah, pemain Indonesia!


@aditmaulhas

Senin, 16 Juni 2014

Ketika Memakai Logika Sepakbola Pada Logika Cinta

Aku jatuh cinta pada sepakbola seperti aku jatuh cinta kepada perempuan. Semua terjadi tiba-tiba, tak dapat diterangkan dalam kata.
Otak yang kritis berhenti seketika. Aku tak berpikir sama sekali tentang kesakitan dan kekacauan yang mungkin terjadi karenanya.


Sebuah ungkapan dari Nick Hornby, Warga Inggris penggila bola dan penulis buku terkenal tentang sepakbola. Ya, ketika logika sepakbola dan cinta berjalan beriringan. Keduanya secara logika merepresentasikan sisi yang berbeda. Sepakbola dengan sisi maskulin dan cinta, yang apabila di lihat secara lebih dekat, kental dengan unsur feminis.


Sekarang kita ubah logikanya. Bagaimana logika cinta di benturkan dengan sisi dari sepakbola.

Aku mencintaimu dengan sepenuh hati layaknya seorang pemain yang mencium badge ketika melakukan selebrasi setelah mencetak gol
Aku belajar mencintaimu dengan jatuh bangun, bahkan menuai banyak kesalahan, seperti melatih upaya eksekusi tendangan bebas pada sesi latihan hingga percobaan ke 100 
Aku selalu berjuang untuk mempertahankan cinta kita layaknya sorang pemain yang tetap terus optimis untuk melakukan come back, walaupun keadaan sudah tertinggal dengan skor 3-0
Dan aku mulai berpikir realistis dalam mencintaimu, seperti tim dari kecil dengan budget yang terbatas yang bermain hanya berpikir untuk kebahagiaan tanpa pedulikan lagi sebuah titel. 



@aditmaulhas

Rabu, 26 Maret 2014

Ayo Menjadi Pemilih Cerdas!

Mesin Partai Politik sudah mulai dipanaskan. Jangan sampai kita, selaku pemuda, kalah panas dengan mereka.

Partai Politik sudah memulai ancang-ancang untuk menghadapi Pemilu 2014 yang akan dilaksanakan dua kali, yakni Pemilu untuk Legislatif pada tanggal 9 April dan Pemilu untuk badan Eksekutif pada 9 Juli. Strategi dari tiap Partai Politik sudah mulai di petakan. Strategi melalui pertemuan terbatas dan tatap muka dengan calon langsung, penyebaran alat kampanye, dan pemasangan alat peraga sebagai media kampanye sudah mulai di lakukan oleh tiap Partai Politik. Jelas, mesin dari tiap Partai Politik sudah mulai dipanaskan agar tak terlambat untuk “menjaring” suara di Pemilu 2014 nanti.



Lalu, bagaimana caranya yang notabene sebagai pemuda mempersiapkan diri menjelang Pemilu 2014 agar tak tertinggal?



Berikut ini adalah cara bagaimana kita sebagai pemuda dapat mempersiapkan diri dari awal jelang pelaksanaan Pemilu 2014:

 Pastikan namamu terdaftar sebagai pemilih untuk Pemilu 2014

Tahap ini merupakan persiapan yang paling dasar. Tentu untuk dapat memilih kita harus memastikan nama kita terdaftar dalam data yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hal ini penting, mengingat memilih dalam pemilihan umum adalah hak bagi setiap Warga Negara Indonesia yang sudah memilik Kartu Tanda Penduduk (KTP). Dengan namamu sudah terdaftar di KPU maka suaramu akan sah di Pemilu 2014. Untuk mengetahuinya bisa langsung akses di web data.kpu.go.id

Apabila sudah log-in di web data.kpu.go.id, masukkan nama lengkap di kotak pencarian dengan menyesuaikan dengan alamat lengkap kita berdasarkan data yang tercantum pada KTP. Mesin di web otomatis langsung mencari data kita. Nama kita akan tercantum jika kita sudah terdaftar sebagai pemilih di Pemilu 2014. Seperti inilah tampilan pada web nya:


Jadi, bagi kalian yang belum sempat melakukan cek, ayo buruan cek! :)


Setelah melakukan cek untuk nama kita resmi terdaftar di Daftar Pemilih Tetap bukan berarti langkah kita terhenti. Lalu, apa yang harus kita lakukan? Kepo calon legislatif (caleg) yang akan kita pilih! agar nantinya kita tidak salah pilih seperti memilih kucing dalam karung :)

Untuk melihat siapa-siapa calon representatif dari Yogyakarta untuk DPD dan DPR sebagai contoh bisa cek di http://t.co/NENfSoJYh9 dan http://t.co/gtxoleODwg

Dalam melihat siapa-siapa calon legislatif yang kita pilih, jangan lupa menyesuaikan daerah pemilihan sesuai dimana kita tinggal. Seperti contoh penulis terdaftar dalam daerah pemilihan (dapil) Daerah Istimewa Yogyakarta.

Masih asing dengan nama-nama calon tersebut? tenang. Masih ada internet dengan google dan social medianya. Kepo dengan cermat latar belakangnya. Coba cari tahu apa saja yang sudah dia lakukan sebelum mencalonkan diri sebagai representatif. Cermati juga visi-misi serta ideologi atau mungkin idealisme yang mereka usung.



Itu tadi sedikit langkah-langkah untuk menjadi pemilih cerdas dalam Pemilu 2014 ini. Jangan sampai kita justru terlambat panas dari mesin partai politik yang siap-siap menjaring suara dari kita semua. Satu hal, pastikan dirimu perhatian dan menggunakan hak kita sebagai Warga Negara Indonesia :)



Saya percaya bahwa perubahan itu datang dari hal yang paling kecil. Saya percaya perubahan untuk negara kita tercinta bisa dimulai dari memberikan suara kita pada pemilihan umum.


@aditmaulhas