Senin, 28 Januari 2013

Yogyakarta: Antara Liburan dan Festival

                 Yogyakarta dan liburan adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan; bagaikan dua sisi mata uang. Mengapa demikian? Karena Yogyakarta dengan balutan seni serta sejarah yang mengakar, menjadikan dirinya “surga para pelancong” yang begitu memuaskan kelima panca indera kita. Mulai dari eloknya panorama pemandangan yang terlampir dari Utara dengan Gunung Merapi nya dan sisi Selatan dengan pantai Parangtritis nya lalu disambung dengan tempat bersejarah berupa Benteng Vredeburg hingga Monumen Jogja Kembali (Monjali) dan tak lupa disertai pula oleh kuliner yang memanjakan lidah macah Bakpia dan Gudeg. Ketiga aspek tadi adalah padu padan yang sangat pas bagi siapapun yang ingin melepaskan penat dari aktivitasnya dalam suasana liburan. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apakah hubungan antara Yogyakarta, Liburan, dan Festival?






                      Adalah sebuah penyesalan apabila seumur hidup belum pernah datang untuk berlibur di Yogyakarta. Berlibur dengan mengunjungi Kraton Yogyakarta, bermain air di Pantai Indrayanti, sampai menikmati eloknya pemandangan dan udara segarnya Kaliurang bisa dibilang sudah menjadi liburan mainstream di Yogyakarta. Dengan terobosan barunya, pemerintah kota Yogyakarta menginisiasi sebuah festival demi menghilangkan rasa kejenuhan pelancong yang hampir setiap tahun melancong ke Yogyakarta untuk berlibur. Festival yang dikemas dengan apik, memadukan unsur seni sebagai  sajian utama menjadikan rasa baru liburan di Yogyakarta.


                  Festival yang bertajuk “Festival Kesenian Yogyakarta” menjawab rasa haus para pelancong untuk mendapatkan liburan dengan rasa berbeda namun tetap khas yang tidak dapat ditemukan pada tempat lain. Menyajikan kesenian yang merupakan salah satu aset berharga Yogyakarta, yang juga di juluki kota seni atas banyaknya masterpiece yang tercipta dari seniman di kota ini, menjadi salah satu event yang layak didatangi pada waktu liburan tiba. Kreasi unik akan kearifan lokal menjadikan Festival Kesenian Yogyakarta tak kalah dengan festival yang dihelat di benua Eropa pada liburan musim panas.


               Dihelat pada tanggal 20 Juni – 5 Juli, 2012  ini, Fesitival Kesenian Yogyakarta menghadirkan seni kontemporer macam tarian daerah, perpaduan akulturasi antara kuda lumping dan barongsai serta marching band menjadi menu yang ditampilkan. Tak lupa dengan arak-arakan yang dihelat pada saat pembukaan dan penutupan adalah nilai tambah mengapa Festival Kesenian Yogyakarta adalah salah satu liburan bentuk baru yang disajikan oleh kota Yogyakarta. Seni yang ditampilkan tiap harinya juga menyesuaikan dengan tren yang ada, termasuk yang sedang hype saat ini yaitu stand-up comedy.


              Dengan festival, maka tak ada lagi jarak antara para wisatawan dengan masyarakat sekitar. Hal inilah yang menjadikan Yogyakarta begitu khas dengan kearifan lokalnya. Sinergi antara Yogyakarta, liburan, dan festival berupa “potongan kecil dari surga” yang teramat sayang dilewatkan eloknya.





@aditmaulhas.




nb: Tulisan ini dimuat pada 25 Desember oleh media Ournalism (@ournalism) http://www.ournalism.com/?p=375

Kamis, 10 Januari 2013

Tentang Oportunis dan Komitmen yang Mendasarinya


Pukul 00.44. di depan laptop. Pulang setelah (hampir) seharian bergelut dengan rapat program kerja.

Segelas hot chocolate sudah habis mengisi malam minggu ini. Ada yang berbeda.

Tanggal sudah berganti menjadi tepat pada tanggal 6 Januari 2013. Sudah enam hari tahun yang baru menurut perhitungan masehi ini berjalan. Banyak pelajaran yang seharusnya dituliskan pada akhir tahun sebagai sebuah bentuk refleksi. Namun, lagi-lagi waktu sangat berperan. Kesempatan untuk menuliskan baru hadir pada saat ini.

Ya, kata orang dengan datangnya tahun baru maka muncul resolusi tahun baru. Perencanaan untuk setahun kedepan. Tentunya semua ini didapat setelah sedikit flashback ke tahun lalu. Mengevaluasi apa saja yang telah terlaksana. Mengingat kembali peristiwa yng telah terjadi. Sangat manusiawi.

Namun ada satu yang berat untuk teringat...............memori lama.

On 2012 my life is categorize as fluctuactive. Masa transisi cukup kentara. Ditahun ini menanggalkan umur belasan menjadi berubah, angka “2” didepan. 20 tahun sudah.

Tahun lalu juga dikategorikan sebagai pembelajaran tentang organisasi. Hal ini terjadi atas niatan untuk berubah.  Membawa diri untuk naik pada tingkatan yang lebih tinggi. Diamana niat untuk mendapat hak atas komitmen yang lebih menjadi hal yang patut diperjuangkan.

Saya belajar menjadi sosok yang oportunis. Saya belajar menjadi sosok yang lebih tegas. Korps Mahasiswa Hubungan Internasional Univ Muhammadiyah Yogyakarta memberikan nilai itu. Bagaimana dorongan atas hak yg seharusnya didapat oleh personal yang telah memberikan komitmen yang lebih pantas mendapatkan promosi. Posisi yang tinggi memang patut dikejar. Menjadi oportunis itu perlu, atas dasar sebuah pengorbanan yang telah terbuat.

Moving forward untuk tahun yang baru, tanggung jawab dan komitmen menjadi penting. Jujur, tanggung jawab untuk hal yang kecil masih berat; tepat waktu. Dan tentu atas komitmen-komitmen yang telah terbuat bisa berjalan lancar. Semua berjalan dalam jangka waktu yang lama. longlasting.

Sounds normative.

Semoga kita tidak terjebak pada opsi-opsi idealis yang justru kita langgar berdasarkan apa yang kita rancang sendiri.


@aditmaulhas.


nb: ketika membaca tulisan ini dirasa sudah cukup jauh dari tanggal pembuatanya, dikarenakan kurang selo nya penulis untuk meng-upload.