“Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu”
Berawal dari mimpi untuk menuntut ilmu di belahan bumi Eropa, yang ditambah dengan keinginan untuk menyaksikan langsung klub sepak bola favorit saya sedari kecil, semuanya bermula. Liverpool,
sebuah kota yang kaya akan budaya, lingkungan yang terpusat dan tentu saja,
sejarah sepak bola yang kuat, saya menaruh asa saya untuk bisa mengunjungi kota
tersebut. Dan benar saja, selaras dengan quote Arai dalam buku “Sang Pemimpi”,
Tuhan akhirnya memeluk mimpi saya, menjadikanya nyata, hingga saat ini saya
telah sampai di daratan Merseyside.
Perjalanan menuju kota yang
menasbihkan dirinya sebagai “The City of Culture” ini saya lalui dengan
lika-liku yang amat beragam, layaknya roller coaster. Ada proses disana, yang
penuh penempaan diri, sebelum tiba di tempat tujuan.
Semua dimulai pada pertengahan
2014, tepatnya di bulan April, saya memulainya. Tak main-main, urutanya
bertahap, mulai dari mempersiapkan diri untuk tes IELTS hingga menempa diri
agar layak untuk bisa lolos seleksi, mendapatkan beasiswa dari pemerintah
Indonesia yakni Beasiswa Pendidikan Indonesia Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (BPI LPDP).
Teringat ujaran dari salahsatu
bapak ideologis dari Indonesia, Tan Malaka, yakni “terbentur, terbentur,
terbentur, kemudian terbentuk”, maka begitupula apa yang terjadi dalam
perjuangan saya untuk mencapai tanah Britania Raya. Di awal, saya sempat gagal
untuk lolos seleksi beasiswa LPDP. Namun, berkat keyakinan yang terus saya
aminkan tiap doa saya, kesempatan itu kembali terbuka.
Atas dasa resistensi untuk tak
mudah menyerah, usaha saya terbayarkan dengan lolos sebagai salahsatu penerima
Beasiswa Pendidikan Indonesia Luar Negeri LPDP, di kesempatan yang kedua, medio
Juni 2015.
Meminjam pemikiran dari Dwi
Tunggal Indonesia yang saya sangat kagumi, Muhammad Hatta, bahwa menuntut ilmu
di negeri orang adalah sebuah perjuangan. Maka dari itu, perjuangan saya
belumlah berhenti sampai disini, namun masih akan dimulai.
Kembali, berdasar apa yang
dijadikan ideologi oleh bung Hatta, bahwa kesempatan untuk belajar di luar
negeri janganlah sampai terbuai, namun hendaknya terus bergerak. Itulah yang
akan saya jadikan landasan selama saya mengenyam pendidikan di kota pelabuhan
ini.
Konteks pembelajaran saya disini pun
jauh lebih luas. Yang paling utama tentunya, ilmu dari ranah hubungan
internasional. Pembelajaran tentang bagaimana system internasional berjalan,
usaha untuk mencapai keadaan damai melalui resolusi konflik, dan yang sangat
khas, menelaah pemikiran politik dari sudut pandang intelektual Inggris Raya,
akan mewarnai dinamika setahun kedepan.
Disamping itu, pembelajaran dari
sisi kehidupan juga akan saya terima, meliputi hal untuk membiasakan
mendengarkan aksen Bahasa inggris yang khas dari Liverpudlian, Scouse, yang
sedikit banyak bercampur dengan aksen Scottish hingga menjaga pola makan dengan
menikmati makanan hal dan berusaha untuk memasak.
Dengan suasana khas kota maritim,
pepatah “laut yang tenang tidak akan menghasilkan pelaut yang handal”, amatlah cocok
untuk menggambarkan bagaimana perjuangan saya disini nantinya. Yang pasti,
tujuan besar itu, untuk bertanggung jawab, menuntut ilmu dan kembali ke haribaan
ibu pertiwi, membangun bangsa harus tetap dipegang teguh.
Satu tahun kedepan menjadi
Liverpudlian, menuntut llmu, demi bekal untuk Indonesia yang lebih baik kelak.