Minggu, 01 September 2013

Cukup Menjadi Penonton Layar Kaca untuk Laga Tur Pra-Musim Klub Eropa

Musim panas yang amat terik di eropa menjadi awal langkah klub sepakbola eropa untuk memulai bersiap menjelang musim liga yang baru. Perpindahan pemain dalam transfer window turut berperan dalam persiapan menjelang liga baru. Aksi jula peli pemain guna memperkuat segala lini menjadi hal yang taktis untuk meraih kesuksesan di Liga yang akan segera bergulir. Tak jarang harga gila-gilaan atau overrated kerap kali muncul saat pintu transfer window dibuka.
Selain transfer window yang selalu dijadwalkan oleh director club of football sebuah klub Liga Eropa, laga persiapan sebagai ujicoba menjadi hal yang tak boleh dikesampingkan. Laga pra-musim ini tak ayal menjadi ajang ujicoba rekrutan baru di transfer window dan sebagai tolok ukur kekompakan sebuah tim, apakah telah siap tanding dalam perjalanan liga yang begitu ketat. Bentuk laga pra-musim ini pun dikemas secara beragam. Mulai dari sekedar laga ujicoba sebagai kewajiban yang tertulis dalam klausul kontrak transfer pemain, laga testimonial mengenang pemain legenda, sebuah turnamen yang hanya berjarak 2 hari per pertandingan hingga tur melawat hingga ke belahan benua lain.
Laga pra-musim yang dikemas secara tur menjadi buah bibir, terutama kemunculanya yang teramat sering sehingga menimbulkan kesan “ekspansi” yang dilakukan klub Eropa sana. Manchester United memulainya dengan melakukan Tur ke Asia, utamanya Jepang dan Korea, yang mereka yakini sebagai fanbase terbesar menyaingi jumlah suporter di kota Manchester sendiri. Setelah itu lub Eropa mulai getol melanjutkan tur pra-musim ke benua Asia. Tercatat Real Madrid, Barcelona, Chelsea hingga Liverpool tanpa ragu-ragu memboyong armadanya menuju timur jauh. Tak hanya Jepang dan Korea Selatan saja yang menjadi santapan namun merambah hingga Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia dan tentu saja Indonesia.

Indonesia XI vs Liverpool FC

via indonesia.liverpoolfc.com

Menjadi semacam angin segar ketika mengetahui kabar bahwa klub kebanggaan sedari kecil dulu ketika menonton sepakbola Eropa, Liverpool, melakukan tur pra-musimnya di Indonesia. hal ini menjadi yang pertama kali, karena sebelumnya Liverpool melakukan tur pra-musim ke Asia namun tak merambah hingga Indonesia. mungkin bisa dibilang, tur ini adalah buah kesuksesan dari kerjasama maskapai penerbangan milik bumi pertiwi, Garuda Indonesia sebagai sponsor resmi Liverpool Football Club. Tanggal 20 Juli 2013 bertempat di Stadion Gelora Bung Karno akan berhadapan dengan pemain terbaik Indonesia dengan nama Indonesia XI.

Seperti yang kita tahu laga tersebut berakhir dengan kemenangan 2-0 untuk Liverpool. Namun sebuah pertanyaan terbesit ketika menjelang pertandingan tersebut. Sebagai seorang kopites, pendukung Liverpool, tentu saja wajar ditanyai pertanyaan seperti ini.pertanyaan itu adalah:

“Bro, gak ke Jakarta nonton Liverpool?” Dan jawaban saya waktu itu adalah: “Nggak. Entah kenapa nggak minat.”


Waktu itu jawaban saya mengapa melewatkan laga pra-musim Liverpool di Indonesia adalah sesimpel itu. Mungkin alasan yang tepat untuk melewatkan laga tersebut adalah seperti ini secara panjang lebar kurang lebih:

Pertandingan tur pra-musim tidak memiliki jiwa sebenarnya pertandingan. Tak ada hal yang di perjuangkan oleh 11 pemain dari kedua tim. Sepakbola sejenak menghilangkan esensi lelaki. That is any something worth to uphold in football match, but not in football friendly match.



Saya tahu pendapat ini sangatlah debate-able. Namun setidaknya saya telah mengungkapn dan anda bisa memulai untuk berpikir. Ini tentang sepakbola, olahraga yang sama-sama kita gemari akan keindahanya dari berbagai sudut pandang.

@aditmaulhas.