“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawan”
Untuk urusan mengingat jasa para
pahlawan, kita harus belajar banyak dari apa yang telah dilakukan publik Britania
Raya. Mereka selalu mengkhidmati perjuangan para pahlawan mereka yang telah
gugur di medan perang, melalui satu hari yang penuh syahdu.
Tiap tahunya, tepat pada tanggal
11 November, masyarakat Britania Raya selalu mengingat jasa para pejuangnya. Hari
penuh peringatan itu bernama Remembrance Day. Bagi mereka, November adalah
bulan yang tepat untuk mengingat para pahlawanya yang telah gugur pada Perang
Dunia ke II. Poppy flower, sebuah bunga berwarna merah menyala menjadi simbol
mereka mengingat pahlawan yang telah berjuang, dengan mengenakanya sebagai
hiasan tambahan pada baju yang dikenakan.
11 November pukul 11 siang selama
dua menit, rakyat Britania akan mengheningkan cipta, mengkhidmati jasa para
pahlawanya. Dalam sebuah upacara, yang dihelat pada tempat yang pada lokasinya
dibangun monumen peringatan akan kemenangan dari sebuah perang, atau biasa disebut
local war memorials, masyarakat Britania Raya berkumpul untuk melakukan two
minutes silence. Tak luput hadir pula Ratu Elizabeth II sebagai pemegang
kekuasaan di Britania Raya, perdana menteri sebagai kepala pemerintahan, dan para
kepala daerah (Duke) pada acara yang dirancang sedemikian rupa oleh organisasi social
yang peduli kepada para veteran perang bernama The Royal British Legion.
Dari apa yang mereka lakukan pada
Remembrance Day, jelas terlihat bahwa jiwa para pejuang yang telah gugur pada
Perang Dunia ke II, terpatri begitu dalam di sanubari masing-masing masyarakatnya.
Tanpa ada himbauan apapun, publik Britania Raya mengenakan aksesori berupa
bunga poppy, seolah mereka sepakat bahwa hal tersebut merupakan
sekecil-kecilnya penghormatan kepada pahlawan. Bahkan, untuk para veteran
perang yang masih hidup, mereka tetap peduli dengan berdonasi selama November
ini.
Melalui apa yang publik Britania
Raya untuk mengingat pahlawan, kita bangsa Indonesia, masih perlu untuk belajar
tentang ingat-mengingat, khidmat-mengkhidmati, jasa para pejuang kemerdekaan
tanah air.
Disadari atau tidak, bangsa kita
masih sering tergopoh-gopoh untuk urusan ingat-mengingat. Mengambil dana rakyat
untuk kepentingan pribadi pura-pura lupa. Mengekang kebebasan berpendapat
kemudian merasa tak tahu apa-apa. Semua disibukkan oleh kegiatan untuk diri
sendiri, hingga lupa pada hal-hal yang bermakna dalam hidup. Termasuk hal yang
sederhana namun khidmat, menapak tilas rasa nasionalisme dengan menghargai jasa
para pahlawan.
Setiap tahunya, tepat pada
tanggal 10 November, rakyat Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Sebuah hari
dimana pada tanggal tersebut, diperingati atas dasar perjuangan Bung Tomo dalam
pertempuran Surabaya melawan penjajah. Pekik “Merdeka atau Mati” dari Bung Tomo
menjadi pengobar semangat para pejuang demi menjaga kedaulatan tanah air.
Momentum Hari Pahlawan ini dapat
menjadi titik balik bagi kita, para pembelajar di negeri orang, untuk terus
menyelipkan semangat para pejuang yang berkorban tanpa pamrih untuk tanah air. Wujudnya
pun bisa berbagai macam, mulai dari menuliskan Indonesia dalam tugas-tugas
perkuliahan hingga menjadi insan bangsa yang menyebarkan keelokan bumi pertiwi
dalam pergaulan sehari-hari. Karena setidaknya, kita telah mengingat jasa para
pahlawan dengan apa yang kita bisa perbuat.
Berkaca dari apa yang sudah
dilakukan masyarakat Britania Raya terhadap para pejuangnya di Perang Dunia II,
sudah selayaknya kita mengkhidmati bagaimana para pahlawan berkorban bagi bumi
pertiwi. Mereka tak pedulikan darah dan keringat yang mengucur, apalagi
kepentingan pribadi. Yang tertanam pada sanubari mereka pada waktu itu hanyalah
bagaimana bangsa ini bisa merdeka, bebas berpijak pada kesatuan. Dan,
rasa-rasanya, tak ada lagi penghormatan tertinggi bagi pahlawan, selain
mengingat akan jasa luhur mereka kepada bangsa tercinta.
@aditmaulhas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar