Selasa, 10 November 2015

Mengingat Para Pahlawan dari Tanah Britania Raya


“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawan


Untuk urusan mengingat jasa para pahlawan, kita harus belajar banyak dari apa yang telah dilakukan publik Britania Raya. Mereka selalu mengkhidmati perjuangan para pahlawan mereka yang telah gugur di medan perang, melalui satu hari yang penuh syahdu.

Tiap tahunya, tepat pada tanggal 11 November, masyarakat Britania Raya selalu mengingat jasa para pejuangnya. Hari penuh peringatan itu bernama Remembrance Day. Bagi mereka, November adalah bulan yang tepat untuk mengingat para pahlawanya yang telah gugur pada Perang Dunia ke II. Poppy flower, sebuah bunga berwarna merah menyala menjadi simbol mereka mengingat pahlawan yang telah berjuang, dengan mengenakanya sebagai hiasan tambahan pada baju yang dikenakan.

11 November pukul 11 siang selama dua menit, rakyat Britania akan mengheningkan cipta, mengkhidmati jasa para pahlawanya. Dalam sebuah upacara, yang dihelat pada tempat yang pada lokasinya dibangun monumen peringatan akan kemenangan dari sebuah perang, atau biasa disebut local war memorials, masyarakat Britania Raya berkumpul untuk melakukan two minutes silence. Tak luput hadir pula Ratu Elizabeth II sebagai pemegang kekuasaan di Britania Raya, perdana menteri sebagai kepala pemerintahan, dan para kepala daerah (Duke) pada acara yang dirancang sedemikian rupa oleh organisasi social yang peduli kepada para veteran perang bernama The Royal British Legion.

Dari apa yang mereka lakukan pada Remembrance Day, jelas terlihat bahwa jiwa para pejuang yang telah gugur pada Perang Dunia ke II, terpatri begitu dalam di sanubari masing-masing masyarakatnya. Tanpa ada himbauan apapun, publik Britania Raya mengenakan aksesori berupa bunga poppy, seolah mereka sepakat bahwa hal tersebut merupakan sekecil-kecilnya penghormatan kepada pahlawan. Bahkan, untuk para veteran perang yang masih hidup, mereka tetap peduli dengan berdonasi selama November ini.

Melalui apa yang publik Britania Raya untuk mengingat pahlawan, kita bangsa Indonesia, masih perlu untuk belajar tentang ingat-mengingat, khidmat-mengkhidmati, jasa para pejuang kemerdekaan tanah air.

Disadari atau tidak, bangsa kita masih sering tergopoh-gopoh untuk urusan ingat-mengingat. Mengambil dana rakyat untuk kepentingan pribadi pura-pura lupa. Mengekang kebebasan berpendapat kemudian merasa tak tahu apa-apa. Semua disibukkan oleh kegiatan untuk diri sendiri, hingga lupa pada hal-hal yang bermakna dalam hidup. Termasuk hal yang sederhana namun khidmat, menapak tilas rasa nasionalisme dengan menghargai jasa para pahlawan.

Setiap tahunya, tepat pada tanggal 10 November, rakyat Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Sebuah hari dimana pada tanggal tersebut, diperingati atas dasar perjuangan Bung Tomo dalam pertempuran Surabaya melawan penjajah. Pekik “Merdeka atau Mati” dari Bung Tomo menjadi pengobar semangat para pejuang demi menjaga kedaulatan tanah air.

Momentum Hari Pahlawan ini dapat menjadi titik balik bagi kita, para pembelajar di negeri orang, untuk terus menyelipkan semangat para pejuang yang berkorban tanpa pamrih untuk tanah air. Wujudnya pun bisa berbagai macam, mulai dari menuliskan Indonesia dalam tugas-tugas perkuliahan hingga menjadi insan bangsa yang menyebarkan keelokan bumi pertiwi dalam pergaulan sehari-hari. Karena setidaknya, kita telah mengingat jasa para pahlawan dengan apa yang kita bisa perbuat.


Berkaca dari apa yang sudah dilakukan masyarakat Britania Raya terhadap para pejuangnya di Perang Dunia II, sudah selayaknya kita mengkhidmati bagaimana para pahlawan berkorban bagi bumi pertiwi. Mereka tak pedulikan darah dan keringat yang mengucur, apalagi kepentingan pribadi. Yang tertanam pada sanubari mereka pada waktu itu hanyalah bagaimana bangsa ini bisa merdeka, bebas berpijak pada kesatuan. Dan, rasa-rasanya, tak ada lagi penghormatan tertinggi bagi pahlawan, selain mengingat akan jasa luhur mereka kepada bangsa tercinta.



@aditmaulhas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar