“Seribu
orangtua hanya dapat bermimpi, satu
orang pemuda dapat mengubah dunia” Soekarno
Apa yang ada dibenak kalian ketika mendengar kata pemuda?
Sebagian besar mengasumsikanya dengan belia, enerjik dan bersemangat. Ya,
pemuda adalah masa dimana ide bergitu banyanya muncul. Dalam fase kehidupan,
fase pemuda bisa dikatakan sebagai masa dengan energi berlebih. Berasumsi pada
ujaran tersebut maka sudah sewajarnya masa pemuda adalah masa yang paling tepat
mewujudkan ide-ide yang terbentuk dengan etos produktif.
Quote dari Soekarno pada pembuka sangatlah mengena. Bahwa
pemuda, sebagai salah satu fase yang sangat luar biasa, dengan semangat
dan ide yang luar biasa mampu memberikan
perubahan yang sangat besar terhadap lingkungan sekitarnya. Namun yang terjadi
pada dewasa ini sangatlah bertolak belakang. Pemuda jaman sekarang terkesan
membuang tenaga dan kesempatanya yang berlebih untuk hal-hal yang nirmakna.
Aksi vandalisme dan tawuran antar pemuda yang akhir-akhir ini marak terjadi
menjadi buktinya. Bukankah ini sebuah bentuk kesia-siaan akan bekal waktu dan
tenaga yang berlebih bagi pemuda?
Berbicara tentang multitasking, apakah definisi dari
multitasking itu sendiri? Secara harfiah multitasking berarti megerjakan banyak
pekerjaan dalam satu waktu. Bahasa ini sering digunakan dalam bahasa program
komputer dimana sebuah CPU mampu bekerja dalam satu waktu melalui berbagai
aplikasi. Satu hal yang menarik dari multitasking adalah masalah dapat
dipecahkan dengan mejadwalkan pekerjaan mana yang dapat dikerjakan dalam satu
waktu, dan kapan pekerjaan yang lain menunggu untuk diolah dapat dikerjakan.
Sangat berguna ketika dihadapkan dalam konteks pemuda, yang memiliki energi
serta semangat berlebih dalam mengerjakan berbagai hal.
Adalah sebuah kebutuhan untuk bisa menjadi sosok
multitasking khususnya pada era globalisasi saat ini bagi pemuda. Mengapa?
Lingkungan sangat berperan besar. Seperti yang kita tahu, sosok yang dikatakan
sebagai pemuda yang berusia mulai dari
16 tahun hingga 30 tahun (Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2009 tentang
Pemuda) adalah fase dimana seseorang ada dalam puncak produktivitasnya. Sebagai
contoh, pemuda berusia sekitar 18 tahun-22 tahun pada umunya selain berprofesi
sebagai seorang mahasiswa juga memiliki tanggung jawab yang lain, yakni
membantu pekerjaan rumah dan berbaur dengan lingkungan sekitar. Banyaknya peran
membuat pemuda harus pintar memilah dan memilih mana yang harus didahulukan.
Banyak contoh yang seakan membenarkan adagium bahwa
seorang pemuda haruslah memiliki sikap
multitasking. Selain banyaknya peran yang meliputi lingkungan rumah, kampus dan
masyarakat yang terus “memaksa” untuk bisa membagi peran dengan taktis,
banyaknya mimpi dan target hidup yang harus dicapai adalah alasan utamanya. Sudah
menjadi kewajaran apabila dalam fase hidup sebagai seorang pemuda memiliki
banyak target dan mimpi yang harus kita kejar. Disinilah peran multitasking
sangat dibutuhkan. Mengambil contoh, sebagai seorang pemuda yang umunya
berperan sebagai mahasiswa juga memiliki minat untuk berorganisasi sebgai wadah
menimba ilmu. Disamping itu untuk mengembangkan minat bakat, Unit Kegiatan
Mahasiswa dijadikan rujukan. Dengan mengambil sikap multitasking, ketiga peran
sebgai mahasiswa, organisatoris dan aktivis UKM dapat terlaksana dengan baik.
Tentu butuh perencanaan serta taktik yang tepat agar
multitasking yang kita lakukan sebagai seorang pemuda dapat berjalan dengan
baik. Menentukan prioritas adalah hal pertama yang perlu diperhatikan.
Prioritas disini juga menyangkut kualitas peran yang kita lakukan yang
tergambar melalui seberapa besar tanggung jawab yang diemban dan yang di
amanahkan. Kedua, pembagian waktu yang cermat. Segala pekerjaan yang kita
kerjakan, seiring dengan banyaknya target yang kita kejar, dapat terlaksana
dengan baik secara keseleruhan apabila waktu yang kita alokasikan dapat terbagi
dengan proporsional.
Selain kedua hal diatas yang perlu kita perhatikan sebagai
sorang pemuda dalam melakukan sikap multitasking, ada satu hal lagi yang sangat
essensial. Keluar dari zona nyaman adalah keharusan. Ya, sebagai seorang pemuda
yang enerjik dan memiliki semangat yang berlebih adalah sia-sia jika kita hanya
malas-malasan dan menerima pasrah akan keadaan yang terjadi. Dengan keluar dari
zona nyaman, kita sebagai seorang pemuda dapat menngembangkan diri tanpa harus
takut akan batas-batas yang menghalanginya.
Dengan momentum Sumpah Pemuda, mari kita wujudkan pemuda
yang produktif melalui sikap multitasking. Memang pada kenyataanya menjadi
pemuda multitasking adalah sebuah pilihan. Namun melihat bekal yang kita miliki
yakni semangat yang masih besar serta ide-ide cemerlang yang terus muncul
adalah sangat sia-sia jika kita tidak memanfaatkanya dalam berbagai kegiatan.
Seperti halnya ujaran “manfaatkanlah masa muda mu sebelum datang masa tua mu”
yang dalam hali ini adalah tetap terus berusaha mencapai semua target yang kita
impikan. Menjadi seorang pemuda multitasking, mengapa tidak?
@aditmaulhas.
nb: Tulisan ini dimuat pada "Bulettin BEM Fisipol UMY" bulan Desember 2012.